Imam Al-Buwaithi, sebuah Keteguhan dan Kesabaran

Imam Al-Buwaithi, sebuah Keteguhan dan Kesabaran


Nama lengkapnya Yusuf bin Yahya bin Ya’qub Al-Buwaithi. Al-Buwaithi dinisbatkan kepada sebuah daerah di Mesir yang bernama Buwaith. Ketika Imam Syafi’i rihlah ke Mesir, Al-Buwaithi selalu membersamainya hingga ia mampu mendulang pundi-pundi ilmu yang begitu banyak dari Sang Imam.

Al-Buwaithi memiliki kepribadian yang luhur, ia adalah seorang yang zuhud dan wara’, ia juga seorang mujtahid. Banyak dari penuntut ilmu berguru padanya bahkan dalam sebuah riwayat dikatakan muridnya mencapai jumlah yang fantastis yaitu sekitar 10.000 penuntut ilmu yang berasal dari dalam Mesir maupun luar. Al-Buwaithi juga termasuk penyebar Madzhab Syafi’i di Mesir. Nama Al-Buwaithi sering disebut didalam setiap kitab Madzhab Syafi’i. Selain dianggap sebagai seorang mujtahid dalam madzhab, ia juga termasuk salah satu dari yang paling terkenal dalam periwayatan madzhab jadidnya Imam Syafi’i.

Al-Buwaithi termasuk murid Imam Syafi’i yang paling menonjol diantara murid-murid yang lain. Bahkan dihikayatkan dari riwayat yang sahih bahwa Al-Buwaithi menempati maqam Imam Syafi’i didalam memberikan fatwa dan menggantikannya dalam mengisi pelajaran kepada murid-murid Imam Syafi’i disaat Sang Imam sakit.

Imam Syafi’i berkata, “Tidak ada satupun yang berhak dengan majelisku ini kecuali Yusuf bin Yahya (Red: Al-Buwaithi), dan tidak ada dari murid-muridku yang lebih cerdas daripada dia.”

Tak lama kemudian munculah fitnah bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. Al-Watsiq pun naik ke tahta khalifah. Ia termasuk khalifah yang keras mendukung pemahaman ini sebab propaganda yang dihembuskan oleh Ibnu Abi Dua’d Al-Mu’tazily.

Kemudian fitnah ini sampai ke Mesir dan ke telinga Al-Buwaithi. Ketika mendengar fitnah ini Al-Buwaithi berdiri tegak melawan fitnah ini dan ia menegaskan bahwa alquran adalah kalamullah, bukan makhluk.

Al-watsiq pun geram, Al-Buwaithi dibawa ke Baghdad untuk dipenjara karena menolak pemahaman ini.

Dikisahkan ketika di dalam penjara, Al-Buwaithi mendengar adzan sholat jum’at, ia langsung segera mandi dan memakai pakaian sholatnya lalu menuju ke pintu penjara dengan maksud untuk sholat jum’at, namun sipir penjara melarangnya, lalu Al-Buwaithi berkata, “ya Allah sesungguhnya aku telah menjawab seruanmu namun mereka melarangku.”

Al-Buwaithi termasuk ulama rabbani yang menemui ajalnya di penjara. Sebelum kematiannya, Al-Buwaithi berwasiat agar dikuburkan sesuai dengan kondisinya yang terikat supaya menjadi hujjah melawan musuhnya dihadapan Allah di hari kiamat nanti.

Seperti itulah ilmu, ia tidak hanya pengetahuan. Bukan juga hanya sebuah tulisan, namun ilmu ialah keteguhan mempertahankan al-haq didepan kedzaliman tanpa peduli celaan orang-orang yang mencela.