Resensi: Etika Islam dan Kesehatan Mental dalam Perspektif Dr. Nazir Khan

Resensi: Etika Islam dan Kesehatan Mental dalam Perspektif Dr. Nazir Khan


Sumber video: Dr Nazir Khan

Dalam sesi ketiga webinar Muslim Mental Health Matters, Dr. Nazir Khan, seorang dokter medis, ahli saraf klinis, dan teolog Islam, mengangkat isu krisis kesehatan mental global dengan pendekatan yang unik. Ia tidak hanya menyoroti statistik mengkhawatirkan tentang gangguan mental, tetapi juga mengaitkannya dengan nilai-nilai etika dan spiritualitas dalam Islam.

Dr. Khan membuka diskusi dengan fakta mengejutkan: lebih dari separuh populasi dunia diperkirakan akan mengalami gangguan mental dalam hidup mereka, namun mayoritas dari mereka tidak mendapatkan perawatan yang memadai. Ia juga mengkritisi budaya materialisme modern yang menanamkan makna hidup pada kesenangan fisik dan kepemilikan, yang pada akhirnya justru memperburuk kesehatan mental. Media sosial, khususnya Instagram, disebutnya sebagai pemicu meningkatnya kecemasan sosial, depresi, dan gangguan harga diri di kalangan remaja.

Salah satu poin penting yang diangkat adalah krisis makna yang menyebabkan banyak orang kehilangan arah hidup. Dr. Khan menghubungkan fenomena nihilisme dengan peningkatan gangguan kecemasan, depresi, dan bahkan angka bunuh diri. Sebagai solusi, ia menawarkan perspektif Islam yang menegaskan bahwa kehidupan memiliki tujuan yang jelas. Konsep ini didukung oleh Imam Ghazali, yang menyebutkan tiga tujuan utama penciptaan manusia: menjadi khalifah di bumi, beribadah kepada Allah, dan mengembangkan ilmu serta peradaban.

Selain itu, Dr. Khan menggarisbawahi bahwa Islam memiliki pendekatan holistik terhadap manusia, yang mencakup tubuh, jiwa, dan akal. Menurutnya, menjaga kesehatan mental sejalan dengan tujuan syariat Islam yang salah satunya adalah hifzh al-‘aql (memelihara akal). Seperti halnya kesehatan fisik, kesehatan mental juga berada dalam spektrum yang luas, bukan sekadar dikotomi antara “waras” dan “gila”. Oleh karena itu, langkah-langkah preventif seperti menjaga pola tidur, menghindari isolasi sosial, dan mengelola emosi menjadi bagian penting dalam menjaga kesehatan mental.

Yang menarik, Dr. Khan mengangkat bagaimana Nabi Muhammad ﷺ memberikan contoh dalam mendukung individu dengan gangguan mental. Ia mengutip sebuah hadis dalam Sahih Muslim, di mana seorang wanita yang mengalami gangguan mental datang kepada Nabi ﷺ untuk meminta bantuan. Respons Nabi ﷺ yang penuh empati menunjukkan betapa pentingnya aksesibilitas, privasi, serta penghormatan terhadap individu yang mencari bantuan psikologis.

Dalam menghadapi tantangan global seperti krisis di Gaza yang berdampak pada kesehatan mental umat Islam, Dr. Khan menawarkan pendekatan yang lebih proaktif. Ia menyarankan agar umat Islam tetap terinformasi tanpa berlebihan, berpartisipasi dalam aksi nyata seperti advokasi dan amal, serta memperbanyak ibadah sebagai sumber ketenangan jiwa.

Kesimpulannya, sesi ini menghadirkan perspektif Islam yang kaya akan solusi dalam menangani kesehatan mental. Islam tidak hanya memberikan panduan moral, tetapi juga menawarkan mekanisme coping yang kuat melalui ibadah, komunitas, serta sistem nilai yang memberikan makna dalam kehidupan. Dr. Khan menegaskan bahwa kesehatan mental bukan sekadar masalah individu, tetapi bagian dari tanggung jawab kolektif umat dalam membangun masyarakat yang lebih sehat secara psikologis dan spiritual.

Referensi

  1. https://hms.harvard.edu/news/half-worlds-population-will-experience-mental-health-disorder